Dulu waktu kecil saya punya bayangen sendiri tentang Indonesia, waktu itu, saya rasa Indonesia adalah tempat kecil yang disitu terdapat berbagai macam jajanan yang enak dan murah, alias uang saku saya mampu mendapakannya, lalu saya juga beranggapan orang-orang Indonesia adalah mereka yang ramah-ramah dan jujur –stigma ini dipengaruhi laguny Trio Kwek-Kwek- dan selalu mengijinkan orang lain untuk bersenang-senang bersamanya. Waktu kecil pula, saya tidak pernah membayangkan bagaimana saya sebagai anak perempuan ternyata dituntut menjadi cantik sebagai warga Negara Indonesia. Seperti sekarang ini, saya sudah punya kesan berbeda lagi buat Indonesia. Saya ini sedang nyuwung di rumah berhari-hari, dan selama berhari-hari itu pula saya menonton TV setiap hari, dan dari iklan-iklan TV, saya punya pikiran, sekarang ini syarat menjadi warga Negara Indonesia sudah bertambah sepertinya, kurang disahkan saja sebagai Undang-Undang. Syarat ini kususnya buat mereka yang berkelamin perempuan. Kalau tinggal di Indonesia perempuan itu harus cantik dan seksi, putih, tinggi, berambut lurus, ber alis indah, berbibir penuh –dan merah-. Karena menurut aturan ini, wanita Indonesia diciptakan untuk mendapatkan –banyak- penggemar. Sekali lagi –banyak- penggemar-. Lawan jens tentunya.
Seperti itu yang saya tangkap sebagai wanita Indonesia. Di sini kita harus berkompetisi, untuk mendapat perhatian laki-laki dengan kesempurnaan kita. Karena di sini definisi cantik telah berbeda. Mereka yang cantik adalah –sudah saya sebutkan tadi di atas- , dan dapat dengan mudah gonta-ganti pasangan. Cantik tidak lagi dipandang sebagai inner beauty yang mencerminkan ketulusan hati pelakunya. Padahal saya sendiri telah berusaha tidak –ikut- mengaburkan definisi cantik, tapi saya akui sedikit banyak saya juga termakan dengan berbagai bombardier media mengenai definisi cantik. Sebenarnya saya sangat ingin tahu bagaimana pendapat kaum Adam sendiri soal cantik –kususnya- untuk wanita Indonesia. Jika jawaban mereka sama dengan persyaratan cantik yang kini banyak dijadikan pedoman para wanita, maka sudah saatnya syarat menjadi warga Negara Indonesia ditambah satu. Dan RUU kecantikan segera disahkan.
Memang pembicaraan saya ini kacau, kalau ada seorang pengamat dan penulis yang membaca ini, saya yakin, pasti saya langsung ditendang dengan kata-kata pedasmereka. Pasti saya dibilang sok kritis, sok mengkritik , ikut-ikutan bikin perkara. Tapi saya tidak akan mendengarkan, karena saat ini saya sedang menyuarakan suara hati saya yang kacau, dan tuntutan otak saya yang sedikit bergeser. Benar- benar saya ingin, cantik disamakan dengan kejujuran. Nilailah kecantikan seorang wanita dengan jujur, lihatlah dengan ata hati, dan rasakan dengan pikiran sehat, yang tentu bukan nafsu memiliki, tapi mengagumi. Oh iya, saya menulis ini bukan karena saya tidak cantik, tapi saya punya alasan lain.
Ayolah… Saya tidak suka jika citra wanita seperti ini
Galau-gila,7/23/2011
12.13 pm